Minggu, 30 Desember 2012
Jumat, 30 November 2012
Akhir Bulan
Satu hari yang dinanti
Satu hari yang di tunggu
Akhir bulan
Ya! Akhir bulan
Hari dimana kami menutup buku
Setelah satu bulan penuh melewati hari
Hari-hari yang sangat melelahkan
dan hari menyambut hari yang baru
Hari dimana hasil karya kami dihargai
Ya! hari pembayaran honorer pegawai swasta
Pegawai yang harus menandatangani kontrak
Kontrak kerja yang tidak memihak pada kami
Jika karya kami bagus tak di nilai lebih
dan jika karya kami jelek kami harus berhenti
Pemberhentian yang kadang tak memberikan pesangon pada kami
Kemana lagi kami harus bekerja
Sementara keahlian kami hanya tenaga
dan tak jarang uang yang kami peroleh habis tanpa sisa
Karna banyak tempat kami bekerja tak memberikan tunjangan kesehatan
Inilah nasip kami pegawai swasta
Mungkin lebih pantas disebut buruh
Para pemburu uang ribuan untuk membeli makan demi cacing-cacing kelaparan di perut kami
Terima kasih telah mendengar keluhan kami
Kaum budak dinegeri sendiri
Satu hari yang di tunggu
Akhir bulan
Ya! Akhir bulan
Hari dimana kami menutup buku
Setelah satu bulan penuh melewati hari
Hari-hari yang sangat melelahkan
dan hari menyambut hari yang baru
Hari dimana hasil karya kami dihargai
Ya! hari pembayaran honorer pegawai swasta
Pegawai yang harus menandatangani kontrak
Kontrak kerja yang tidak memihak pada kami
Jika karya kami bagus tak di nilai lebih
dan jika karya kami jelek kami harus berhenti
Pemberhentian yang kadang tak memberikan pesangon pada kami
Kemana lagi kami harus bekerja
Sementara keahlian kami hanya tenaga
dan tak jarang uang yang kami peroleh habis tanpa sisa
Karna banyak tempat kami bekerja tak memberikan tunjangan kesehatan
Inilah nasip kami pegawai swasta
Mungkin lebih pantas disebut buruh
Para pemburu uang ribuan untuk membeli makan demi cacing-cacing kelaparan di perut kami
Terima kasih telah mendengar keluhan kami
Kaum budak dinegeri sendiri
Akhir Bulan#1
Satu hari yang sangat dinanti
Satu hari yang sangat di tunggu
Akhir Bulan
Ya!, akhir bulan
Hari dimana kita tutup buku
Mengakhiri hari-hari yang panjang
Hari yang cukup melelahkan
Hari menyambut datangnya hari baru
dan hari saat karya kita di hitung
Ya! hari pembayaran honorer
Bagi kami kaum pegawai swasta
Pegawai yang harus menandatangani kontrak
Kontrak kerja yang tidak memihak pada kami
Saat karya kami baik tak dihargai
Saat karya kami buruk kami harus berhenti
Berhenti tanpa uang pesangon
dan harus kemana kami pergi mencari kerja
Kerja yang hanya bermodalkan tenaga
Tenaga habis uangpun habis
Habis untuk biyaya berobat
Karna tak jarang kami tidak mendapat tunjangan kesehatan
Ya, inilah kehidupan kami
Kehidupan para pegawai swasta
dan sepertinya kami lebih layak di sebut Buruh
Yang memburu uang ribuan demi cacing-cacing kelaparan di perut kami
Kami tuan rumah yang terkucil di Negeri Sendiri.
Terima kasih kalian mau mendengar ratapan kami
Satu hari yang sangat di tunggu
Akhir Bulan
Ya!, akhir bulan
Hari dimana kita tutup buku
Mengakhiri hari-hari yang panjang
Hari yang cukup melelahkan
Hari menyambut datangnya hari baru
dan hari saat karya kita di hitung
Ya! hari pembayaran honorer
Bagi kami kaum pegawai swasta
Pegawai yang harus menandatangani kontrak
Kontrak kerja yang tidak memihak pada kami
Saat karya kami baik tak dihargai
Saat karya kami buruk kami harus berhenti
Berhenti tanpa uang pesangon
dan harus kemana kami pergi mencari kerja
Kerja yang hanya bermodalkan tenaga
Tenaga habis uangpun habis
Habis untuk biyaya berobat
Karna tak jarang kami tidak mendapat tunjangan kesehatan
Ya, inilah kehidupan kami
Kehidupan para pegawai swasta
dan sepertinya kami lebih layak di sebut Buruh
Yang memburu uang ribuan demi cacing-cacing kelaparan di perut kami
Kami tuan rumah yang terkucil di Negeri Sendiri.
Terima kasih kalian mau mendengar ratapan kami
Jumat, 26 Oktober 2012
Selasa, 04 September 2012
Meditasi # 2
Lonceng Kesadaran
Karya
: Suyadi, S. Ag
Suara itu
menggetarkan aku
Aku terhenyak
dari tidurku
Tidur panjang
saat hari-hariku
Lantaran
kelengahan
Kelengahan
yang tercipta oleh kebiasaan
Kebiasaan
yang tertimbun dialam bawah sadarku
Suara itu
menggetarkan aku
Membawa aku
kembali ke sini
Meninggalkan
segala lamunan
Meninggalkan
segala khayalan
Kini sepenuhnya
disini
Bersama rumah
sejatiku
Menyatu dengan
kesadaranku
Suara itu
menggetarkanku
Suara genta
yang mengalun syahdu
Menciptakan
vihara di hatiku
Kamis, 30 Agustus 2012
SECANGKIR KOPI
Karya ;
Suyadi
Secangkir kopi di sore hari
Hangatkan suasana yang memang sudah hangat
Karna mata hari yang sedari tadi siang tidak berhenti
menatapku
Belum lagi suasana ruangan yang juga hangat
Ditambah lagi setumpuk kertas tugas yang menyita perhatianku
Secangkir kopi di sore hari
Hangatkan tubuhku yang sudah hangat
Karna sedari pagi belum ada sebutir nasipun yang singgah
Belum lagi semalam dimeja makan hanya tersisa piring-piring
kosong
Ditambah lagi tiada roti maupun gorengan yang biasanya
menjadi pengganti
Secangkir kopi di sore hari
Hangatkan kepalaku yang sudah hampir beku
Karna berbaring di ruang yang bersih dan rapih
Dan dirodori lembar kertas “BON”
Secangkir kopi di sore hari
Ini ceritaku padamu
Rabu, 01 Agustus 2012
Vihara
(untuk anak sekolah minggu)
Karya
: Suyadi, S. Ag
Vihara…
Tempat suci bagi umat Buddha
Untuk Puja Bakti, belajar Dharma dan Meditasi
Vihara…
Terdapat altar Buddha dan Bodhisattva
Dupa, Lilin, Air, Buah, dan Bunga
Ku persembahkan dengan tulus pada-Nya
Vihara…
Dihari Minggu begitu berbeda
Aku berkumpul dengan teman se-Dhamma
Bermain dan belajar bersama
Aku cinta Viharaku
Aku suka ke sekolah minggu
Jumat, 13 Juli 2012
CAHAYA KEDAMAIAN
CAHAYA
KEDAMAIAN
Karya: Suyadi
Cahaya itu belum juga tiba
Menjadikan rindu semakin berkuasa
Hati bergeming menahan lara
Menganak sungai air mata
Segala duka memenuhi jiwa
Aku rindu kehangatan-Mu
Aku rindu belaian kasih-Mu
Rinduku laksana anak menanti sang ibu
Yang memberi kedamain di relung kalbu
Hari demi hari datang dan belalu
Menghiburku dengan tawa dan canda
Mengajakku bermain dan berkarya
Mencoba melupakan gundah yang terus saja
merayu
Tetapi….
Aku tak bisa melupakannya
Rinduku pada sang cahaya semakin
menggelora
Cahaya purnama dikala Asadha
Cahaya yang menjadi saksi pemutaran
rodha Dharma
Untuk pertama kali
Dan aku yakin
Purnama Asadha akan datang
Memutar kembali Dharma yang gemilang
Obat
untuk memperoleh kedamaian
Hingga tercapainya
Nibbana
Dengarlah Ceritaku
(untuk mentari kecilku)
Karya: Suyadi
Sebelum langit
berusia senja
Ada cerita yang
ingin kubagikan padamu
Adakah waktu
bagi mentari untuk sabar mendengarku?
Sebelum engkau
pergi di balik bukit
Istirahat
menjemput mimpimu
Ada cerita yang
ingin kubagikan padamu
Anggaplah cerita
ini Sebagai dongeng menjelang tidurmu
Karena ku tahu
ketegaranmu terkadang rapuh
Saat hujan harus
menjamah bumi
Mentari
bersembunyi di balik mendung
Dalam benaknya
mentari berkata
“adakah ia setia
padaku?”
Ada rindu yang
terpendam di hati ini
Andai sang
mentari ada sedikit waktu mendengarku
“Aku ada karena
dirimu”
Sebelum langit
berusia senja
Dengarkanlah
ceritaku
“aku disini
untuk setia”
Rabu, 13 Juni 2012
Meditasi # 1
Duduk dalam Hening
Karya : Suyadi
Karya : Suyadi
Sunyi sepi tanpa suara
Hening
Hanya suara jam dinding yang berdetak
Aku duduk bersila
Terpaku dan membisu
Mata terpejam tapi seperti melihat
Ya! Melihat nafas yang keluar dan
masuk
Menyentuh ujung hidung
Damai, damai kurasa
Tetapi …..
Sesekali pikiranku melayang
Melayang mengingat kebali masa lalu
Masa lalu yang tak mungkin kembali lagi
Sesekali pikiranku berhayal
Berhayal tentang masa yang akan datang
Masa yang akan datang belumlah pasti
Kembali kutarik pikiranku
Kembali kutarik perhatianku
Perhatian pada keluar dan masuknya
nafas
Damai kembali damai kurasa
Disinilah aku sekarang berada
Menyadari apa yang aku lakukan saat
ini
Menyadari bahwa aku sedang duduk
bermeditasi
Jumat, 01 Juni 2012
Untukmu Pejuang Cinta
Karya: Suyadi
Rembulan itu kembali bersinar
Cahayanya yang bening memberikan harap
Harapan akan tiba saatnya sempurna
Sempurna, ya sempurna disaat bulat kala purnama
Tetapi…….
Alam terkadang tak mendukung
Terkadang mendung menyeruak
Menghapus cahaya terang menjadi kegelapan
Mengganti seberkas sinar dengan titik – titik hujan
Hujan yang membasahi bumi
Hujan yang membasahi pipi
Hujan yang membasahi hati
Tuhan…….
Izinkan rembulan tetap bersinar
Karna sinarnya menyejukkan kalbu
Yang menjadi oksigen dalam paru-paru
Mengalir bersama darah
Untuk memenuhi jiwa
Selama rembulan tetap purnama
Hujan petir dan badai tiada dirasa
Demi gemilangnya dunia
Bagimu pejuang cinta
Sabtu, 26 Mei 2012
Senja di Baju Kebesaran
Karya:
Suyadi
Senja ini begitu berbeda dari biasanya
Dan jalan yang membentang didepanku
Yang biasanya sepi kini begitu bising
Sepedah motor mengalir deras
Dan membawa lukisan hasil karya anak manusia
Lukisan yang amat luar biasa
Mungkin juga lukisan bangsa
Diekspresikan oleh mereka
Pada baju-baju kebesaran
Pada baju-baju kesayangan
Yang telah melindungi tubuh dari panas dan dingin
Yang menemani kebanyakan orang
Saat membuka buku didalam lokal tanpa AC
Sehingga terkadang baju putih menjadi kotor
Kotor oleh keringat, kotor oleh tinta pena atau juga
spidol
Hari ini baju kesayangan hanya akan menjadi kenangan
Tidak berguna karena penuh dengan coretan
Dan mungkin akan terbengkalai
Atau mungkin akan menjadi keset kaki-kaki yang kotor
Sementar disisi lain
Banyak di antara mereka yang menggunakan kain perca
Atau juga baju yang hanya satu-satunya
Demi untuk membaca aksara A, B, C
Dan berhitung 1, 2, 3
Kamis, 24 Mei 2012
Senin, 21 Mei 2012
Ibu
Karya: Suyadi
Ibu…
Engkau telah mengandungku
Dengan susah payah engkau melahirkanku
Ibu…
Dengan sabar engkau mengasuhku
Segala kenakalanku tak menjadi beban bagimu
Ibu…
Engkau merawatku hingga aku besar kini
Dan tak jemuh engkau membimbingku
Membimbingku memahami hidup
Ibu…
Sungguh besar jasamu
Hingga aku tak mampu membalas jasamu
Terima kasih ibu
Dan aku mohon maaf akan segala salahku
(NB: Puisi ini saya buat untuk melatih anak sekolah minggu Buddhis agar mereka dapat belajar berdeklamasi sekaligus merenungkan pengorbanan ibu, dan telah dibaca pada saat perayaan hari ibu di Vihara Buddha Padma)
Minggu, 20 Mei 2012
Waisak Penuh Damai
Karya : Suyadi
Ketika Sang mentari bersemayam di singgasana sebelah barat
Semburat jingga merona di wajah
sang mayapada
Waktupun bergulir dan berlalu
meninggalkan dunia dalam kegelapan
Seberkas sinar kuning keemasan
menjulang
Memberi harap pada insan-insan
yang diliputi kegelisahan
Menyisihkan segala keraguan,
menyibak misteri kehidupan
Bulat sempurna sang rembulan di
bulan Waisaka
Mengiringi genta yang mengalun mendayu-dayu
Bersenandung paritta-paritta suci
Mengalirkan sajak-sajak penuh kedamaian
Menuntun insan melatih diri
Dengan semangat untuk mawas diri
Rembulan purnama di bulan Waisaka
Mengingatkan tiga peristiwa suci
Tentang sang Tahtagata
Kini …..
Dua ribu lima ratus lima puluh
enam tahun lamanya
Buddha Parinibbana
Dharmanya nan Agung dan Mulia
Menjelma menjadi embun dikala
Dukha
Mengkristal dalam Sanubari
Menuntun Hidup Damai dalam
Harmoni
Langganan:
Postingan (Atom)